WELCOME



Free Widgets

Malin Kundang


Once upon a time, on the north coast of Sumatra lived a poor woman and his son. The boy was called Malin Kundang. They didn’t earn much as fishing was their only source of income. Malin Kundang grew up as a skillful young boy. He always helps his mother to earn some money. However, as they were only fisherman’s helper, they still lived in poverty. “Mother, what if I sail overseas?” asked Malin Kundang one day to his mother. Her mother didn’t agree but Malin Kundang had made up his mind. “Mother, if I stay here, I’ll always be a poor man. I want to be a successful person,” urged Malin kundang. His mother wiped her tears, “If you really want to go, I can’t stop you. I could only pray to God for you to gain success in life,” said his mother wisely. “But, promise me, you’ll come home.”

In the next morning, Malin Kundang was ready to go. Three days ago, he met one of the successful ship’s crew. Malin was offered to join him. “Take a good care of yourself, son,” said Malin Kundang’s mother as she gave him some food supplies. “Yes, Mother,” Malin Kundang said. “You too have to take a good care of yourself. I’ll keep in touch with you,” he continued before kissing his mother’s hand. Before Malin stepped onto the ship, Malin’s mother hugged him tight as if she didn’t want to let him go.

It had been three months since Malin Kundang left his mother. As his mother had predicted before, he hadn’t contacted her yet. Every morning, she stood on the pier. She wished to see the ship that brought Malin kundang home. Every day and night, she prayed to the God for her son’s safety. There was so much prayer that had been said due to her deep love for Malin Kundang. Even though it’s been a year she had not heard any news from Malin Kundang, she kept waiting and praying for him.

After several years waiting without any news, Malin Kundang’s mother was suddenly surprised by the arrival of a big ship in the pier where she usually stood to wait for her son. When the ship finally pulled over, Malin Kundang’s mother saw a man who looked wealthy stepping down a ladder along with a beautiful woman. She could not be wrong. Her blurry eyes still easily recognized him. The man was Malin Kundang, her son.

Malin Kundang’s mother quickly went to see her beloved son. “Malin, you’re back, son!” said Malin Kundang’s mother and without hesitation, she came running to hug Malin Kundang, “I miss you so much.” But, Malin Kundang didn’t show any respond. He was ashamed to admit his own mother in front of his beautiful wife. “You’re not my Mother. I don’t know you. My mother would never wear such ragged and ugly clothes,” said Malin Kundang as he release his mother embrace.

Malin Kundang’s mother take a step back, “Malin…You don’t recognize me? I’m your mother!” she said sadly. Malin Kundang’s face was as cold as ice. “Guard, take this old women out of here,” Malin Kundang ordered his bodyguard. “Give her some money so she won’t disturb me again!” Malin Kundang’s mother cried as she was dragged by the bodyguard, ”Malin… my son. Why do you treat your own mother like this?”

Malin Kundang ignored his mother and ordered the ship crews to set sail. Malin Kundang’s mother sat alone in the pier. Her heart was so hurt, she cried and cried. “Dear God, if he isn’t my son, please let him have a save journey. But if he is, I cursed him to become a stone,” she prayed to the God.

In the quiet sea, suddenly the wind blew so hard and a thunderstorm came. Malin Kundang’s huge ship was wrecked. He was thrown by the wave out of his ship, and fell on a small island. Suddenly, his whole body turned into stone. He was punished for not admitting his own mother.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum
    saya mau tanya untuk siswa kelas X MIA 1 yang remidi mengerjakan tugas yang mana?
    terimakasih

    BalasHapus

SHALAT KHUSYU

www.endanghambali.com email: elzahifi@gmail.com



KHUSYU DALAM SHALAT
Oleh: drs.endang hambali /
elzahifi@gmail.com
QS An-Nisa 4:43

Ada rahasia yang tidak banyak terungkap dalam berbagai pengajian kita selama ini ketika membahas masalah shalat. Selama ini kita hanya membahas Syarat dan Rukunnya saja tanpa memperhatikan “Kehadiran hati “ yang menjadi pokok pelaksanaan ibadah shalat itu sendiri. Padahal Alloh menegaskan :
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. (QS Thaha 20:14)
Dilanjutkan dalam Surat An-Nisa ayat 43 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
Pada ayat ini tertulis kalimat yang mengandung makna “Janganlah kamu mengerjakan shalat, hingga kamu menyadari bahwa kamu sedang berhadapan dengan Alloh. Hal ini menegaskan bahwa barang siapa yang sholat tetapi hatinya tidak ingat kepada Alloh berarti dilarang, sampai ia menyadari bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Tuhannya. Firman Alloh yang berkaitan dengan ini adalah: QS Al-Baqarah 2:45-46 yang artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Anda perhatikan ayat tersebut menegaskan bahwa shalat itu amat berat dan sulit, kecuali bagi yang khusyu; yaitu orang yang menjaga kesadarannya ketika shalat. (tidak lalai, tidak melamun, tidak mabuk) serta menyadari bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Alloh. Jika hal ini Anda lakukan dengan benar, baik dalam shalat maupun ketika berdzikir, Anda akan mengalami rasa khusyu yang merasuk ke dalam jiwa.
Sebelumnya kita telah melakukan shalat dengan segala daya dan tenaga untuk melakukan khusyu. Sudah berkali-kali kita mengernyitkan dahi berusaha untuk konsentrasi dan menepis segala lintasan pikiran yang mengganggu. Namun kegagalan demi kegagalan yang selalu kita dapatkan. Kita tidak pernah menikmati kekhusyuan dalam shalat kita. Bila keadaan itu yang Anda rasakan; cobalah Anda praktekan sikap shalat berikut ini :
1. Dianjurkan Anda mengambil air wudlu tidak tergesa-gesa. Lakukanlah dengan penuh perasaan, bukan sekedar membasuh anggota badan, tapi diresapi, dihayati, dan dinikmati setiap sentuhan air yang mengalir. Biasanya terasa dingin di seluruh tubuh seperti habis mandi, rasanya segar.


2. Kemudian hadapkan diri Anda ke arah Qiblat, angkat tangan dan berdo’alah dengan penuh kesungguhan hati :
“ Ya Alloh, jadikanlah hamba-Mu ini sebagai orang yang bertaubat, jadikanlah hamba-Mu ini sebagai orang yang suci, serta jadikanlah hamba-Mu ini sebagai hamba yang shaleh.

3. Kemudian berdirilah untuk shalat. Jangan tergesa-gesa melakukan takbir sebelum hati Anda hadir dengan perasaan tunduk. Heningkan pikiran Anda agar rileks. Usahakan tubuh Anda tidak tegang. Tidak perlu mengkonsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening. Biarkan tubuh meluruh, agak dilemaskan, atau bersikaplah serileks mungkin.


4. Hubungkan rasa hadir Anda di hadapan Alloh Setelah ada rasa sambung, biasanya ada getaran iman. Lalu ucapkan “Allohu Akbar”

5. Kalau didalam shalat anda sulit nyambung, sebaiknya lakukan dahulu berdzikir di luar shalat untuk melatih jiwa kita berkomunikasi dengan Alloh. Kemudian setelah tenang barulah anda sholat dan lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Insya Alloh akan dibukakan hati kita untuk selalu ngingat kepada Alloh selama Anda mengerjakan shalat.

6. Setelah anda mengucapkan Allohu Akbar, Jagalah getaran rasa dengan meluruskan niat. Dengan perlahan mulailah kalimah-kalimah “Do’a iftitah” diucapkan perlahan-lahan sambil diresapi dan dihayati maknanya.

7. Rasakan keadaan berserah diri yang masih menyelimuti perasaan hati, kemudian mulailah perlahan-lahan membaca setiap ayat Al-Qur’an dengan tartil. Kemudian lakukanlah rukuk.

8. Ketika memulai rukuk, biarkan badan Anda membungkuk. Pastikan ruh Anda perlahan-lahan turut rukuk dengan perasaan hormat dan pujilah Alloh dengan bacaan rukuk.

9. Setelah rukuk, Anda berdiri kembali dengan perlahan-lahan dan mengucapkan pujian pada Alloh dengan ungkapan “Sami’alloohu liman hamidah” Semoga Alloh mendengar orang yang memuji-Nya. Setelah kedua tangan diturunkan, ucapkan “Robbanaa walakal hamdu mil ussamaawati wa mil ul ardli wamil umaasyi’ta min syaiin ba’du” (Ya Tuhan, milik-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki sesudah itu.) Rasakan keadaan ini sampai ruhani Anda mengatakan dengan sebenarnya. Jangan sampai tersisa sedikitpun dalam diri Anda perasaan ingin dipuji.

10. Kemudian perlahan-lahan sambil tetap dzikir “Allohu Akbar” bersujudlah serendah-rendahnya. Biarkan tubuh anda bersujud agak lama. Jangan mengucapkan kata-kata apapun sebelum ruh dan fisik Anda menyatu dalam sujud di hadapan Alloh. Biasanya ruhani yang sujud akan terasa ketika memuji Alloh dan akan berpengaruh pada fisik, menjadi lebih tunduk, ringan, dan harmonis.
11. Selanjutnya angkatlah kepala perlahan-lahan dan duduklah dengan tidak mengucapkan kalimat apapun. Setelah beberapa saat mulailah mengucapkan do’a perlahan-lahan dengan penuh kesungguhan. Hiasi semua posisi shalat dengan sikap TUMA’NINAH. Insya Alloh shalat kita membawa nikmah. Wassalam-(untuk kalangan sendiri)
elzahifi@gmail.com atau kunjungi juga http://khairulu.blogsome.com